Nama
Pulau Nusakambangan kembali mendunia belakangan ini, sebagian media asing
menyebutnya sebagai Alcatraz-nya Indonesia. Hal ini dipicu rencana pelaksanaan
eksekusi terpidana mati yang akan dilakukan akhir pekan ini.
Letak
pulau yang secara geografis ada di Provinsi Jawa Tengah itu memang jauh dari
keramaian. Pulau Nusakambangan mulai dibuka oleh pemerintah penjajah Belanda
dengan membangun beberapa LP yang dikhususkan untuk para terpidana kejahatan
tingkat pertama dan penjahat politik.
|
Peta Nusakambangan |
Nusakambangan
merupakan suatu pulau kecil yang terletak di sebelah selatan kabupaten Cilacap
yang terletak di kecamatan Cilacap Selatan dikelilingi perairan laut lepas (
Samudera Hindia ). Nusakambangan merupakan nama sebuah pulau di Jawa Tengah
yang lebih dikenal sebagai tempat terletaknya beberapa Lembaga Pemasyarakatan
(LP) berkeamanan tinggi di Indonesia. Untuk mencapai pulau ini orang harus
menyeberang dengan kapal feri dari pelabuhan Samudera di Cilacap ke pelabuhan
sondong di Nusakambangan.Semula terdapat sembilan LP di Nusa Kambangan, namun
kini yang masih beroperasi hanya tinggal empat, yaitu LP Batu (dibangun 1925),
LP Besi (dibangun 1929), LP Kembang Kuning (tahun 1950), dan LP Permisan
(tertua, dibangun 1908). Lima lainnya, yaitu Nirbaya, Karang Tengah, Timus
Buntu, Karang Anyar, dan Gleger telah ditutup.
Pulau Nusakambangan mempunyai tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah dan
ekosistem pantai yang penting peranannya sebagai pengatur tata lingkungan,
pencegah erosi serta merupakan habitat berbagai jenis fauna, antara lain macan
kumbang (Panthera pardus), landak (Hystrix brachyura), trenggiling (Manis
javanica), ular sanca (Python sp) serta berbagai jenis burung seperti rangkong
(Buceros.sp).
Aspek penting Nusakambangan adalah nilai sejarah sebagai tempat tahanan para
narapidana sejak zaman Belanda. Potensi menarik di Nusakambangan adalah
panorama alam di Pantai Selatan, yaitu Pantai Permisan, adanya gua-gua dalam
serta bangunan-bangunan tua bekas benteng pertahanan Portugis. Selain itu
pantainya memiliki gelombang laut yang cukup potensial guna dikembangkan
sebagai obyek wisataalamlaut.
|
Pesona Pulau Nusakambangan |
Pada sektor pariwisata memiliki potensi wisata alam seperti pantai dan gua
menonjol di Pulau Nusakambangan serta tidak ketinggalan wisata sejarah berupa
benteng pengintaian,peninggalan zaman penjajahan. Nusakambangan memiliki 4 pantai yaitu Pasir Putih, Ranca Babakan,
Karang Bolong dan Permisan, Deretan gua yang ada di pulau ini diberi nama Ratu,
Putri, Bendung (Maria) dan Masigitsela. Keempat gua ini telah menjadi objek
wisata umum sementara lima gua yang lain sampai sekarang belum bisa dinikmati
keindahannya karena masalah transportasi. Sedangkan beberapa benteng yang ada
yaitu Benteng Karang Bolong dan Benteng Klinger. Di hutan Nusakambangan kita
juga masih bisa menemukan harimau, macan kumbang, ular, monyet dan pada daerah
tertentu kadang juga ditemukan buaya.
Pulau Nusakambangan, yang berstatus sebagai cagar alam, juga merupakan habitat
bagi pohon-pohon langka, namun banyak yang telah ditebang secara liar. Saat ini
yang tersisa kebanyakan adalah tumbuhan perdu, nipah, dan belukar. Kayu pawlar
yang hanya dapat ditemukan di pulau ini banyak dicuri karena setelah
dikeringkan, mempunyai kualitas yang setara dengan kayu dari Kalimantan. Secara
tradisional, penerus dinasti Mataram sering melakukan ritual di pulau ini. Nusa
Kambangan juga tercatat sebagai pertahanan terakhir dari tumbuhan Wijayakusuma
yang sejati.
Nusakambangan mempunyai luas 30.000 Ha. Di dalamnya terdapat 4 kawasan
konservasi alam yang kecil, yaitu Cagar Alam (CA) Nusakambangan Barat (928 ha),
CA Nusakambangan Timur (277 ha), CA Wijayakusuma (satu ha), dan CA Karangbolong
(0,5 ha) yang telah ditetapkan statusnya sejak zaman Belanda.
|
Segara Anakan |
Di sebelah utara pulau Nusakambangan terhampar Segara Anakan dengan rangkaian
pulau-pulau kecil bersambung dengan daerah rawa dan hutan mangrove di pantai
selatan Cilacap. Perairan Segara Anakan merupakan bagian Samudra Indonesia
dengan muara-muara sungai dan hutan payau Cilacap dan Ciamis. Bersama dengan
hutan Nusakambangan, Segara Anakan berikut daerah di sekitarnya merupakan satu
kesatuan tata lingkungan yang tersusun atas unit-unit ekosistem pulau kecil
dengan hutan dataran rendah di Nusakambangan, pesisir dan pantai, ekosistem
laguna di Segara Anakan, rawa dengan mangrove, baik yang ada di pantai utara
Nusakambangan, pantai selatan Cilacap dan pantai timur Ciamis.
Tata lingkungan ini mendapat pengaruh dari air laut Samudra Indonesia dan air
tawar dari beberapa Daerah Aliran Sungai seperti Citanduy dari sebelah barat,
Cibeureum dan lain-lain dari utara, dan Sungai Donan dekat Cilacap.
Melihat keadaan wilayah Nusakambangan serta Segara Anakan dapat diketahui bahwa
daerah tersebut memiliki keanekaragaman ekosistem dan kekayaan sumberdaya alam
hayati yang amat tinggi. Karena itulah kawasan Nusakambangan, Segara Anakan dan
daerah sekitarnya menjadi pusat perhatian para konservasionis, bukan saja di
Indonesia melainkan juga dari seluruh dunia. Segara Anakan, Nusakambangan serta
daerah sekitar dengan potensi sumber daya alam hayatinya seolah telah menjadi
milik dunia yang terus- menerus mendapat sorotan.
Nusakambangan merupakan pulau yang salah satu penyusun batuannya adalah batu
gamping.Melalui sistem celah rekahan proses pelarutan batu gamping berlangsung
dan membentuk rongga – rongga kecil sampai sangat besar membentuk gua.Gua
merupakan lingkungan yang unik karena gelap sepanjang masa terutama bagian dalamnya
dan memiliki ornamen – ornamen yang sangat indah karena di bentuk dalam proses
yang lama.Ekosistem dalam gua merupakan suatu mata rantai yang unik dan
memiliki kekhasan dibandingkan yang lainnya.
Kawasan kapur di Nusakambangan mulai terkikis oleh aktivitas penambangan kapur
Semen Cibinong. Ancaman lain yaitu aktivitas wisata di dalam gua yang relatif
merusak, penangkapan kelelawar dan penambangan guano.Gua-gua yang ada mempunyai
perkembangan yang berbeda-beda dengan ornamen yang bervariasi. Survai di 9 gua
ditemukan sedikitnya 65 jenis Arthropoda. Dengan rincian 11 jenis troglobit dan
54 lainnya dalam katagori troglofil dan troglosen. Jenis-jenis troglobit masih
memerlukan penelitian yang lebih lanjut (Rahmadi dan Suhardjono 2003).
Akan tetapi, pulau ini masih menyisakan persoalan. Meskipun secara
administratif berada dibawah kendali Kabupaten Cilacap, pengelolaannya masih
berada di tangan Departemen Kehakiman. Karena itulah, pemerintah Kabupaten
Cilacap dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) berupaya untuk
bisa mengelola Nusakambangan sepenuhnya.Kabupaten Cilacap masih mempunyai
beberapa lokasi wisata alam serta wisata budaya dan sejarah yang tidak kalah
menariknya bagi wisatawan. Lokasi wisata alam itu seperti Pantai Teluk Penyu di
Keca-matan Cilacap Selatan, Hutan Payau di Kecamatan Cilacap Utara, Gunung
Selok dan Srandil di Kecamatan Adipala, Pan-tai Widarapayung di Kecamatan
Binangun, Pantai Jetis di Kecamatan Nusawungu, dan juga Permandian Air Panas
Cipari di Kecamatan Sidareja.Sedangkan bagi wisatawan yang ingin menelusuri
sejarah bisa menikmati keberadaan Benteng Pendem Cilacap. Benteng yang dikenal
sebagai Kusbatterij Op De Lantong Te Tjilatjap ini merupakan markas pertahanan
tentara Hindia Belanda yang dibangun selama 18 tahun (1861-1879) dengan luas
6,5 hektar.Menjual potensi wisata Cilacap tidak mudah. Persoalannya adalah
letak geografi daerah ini seperti berada di jalan buntu. Cilacap hanya mengenal
satu jalan untuk ke masuk dan keluar.Tidak ada jalan tembus lain untuk bisa
lewat sambil melirik keindahan alam di sini, yang kemudian menarik hati untuk
singgah.
Sumber:
http://nasional.kompas.com/read/2015/04/28/19333861/.Nusakambangan.Lebih.Mencekam.
http://news.detik.com/read/2015/03/04/155244/2849513/10/begini-ganasnya-alam-pulau-nusakambangan-alcatraz-ala-indonesia